Menyusuri sejarah dan warisan budaya di jantung Wonogiri

  • Aug 14, 2024
  • Webadmin Desa Semin, Nguntoronadi, Wonogiri
  • SENI DAN KEBUDAYAAN, PROFIL DESA

Kata desa diadopsi dari bahasa Sanskerta yang berarti tanah tumpah darah. Secara umum desa dikenal sebagai unit terkecil dalam struktur pemerintahan di Indonesia. Desa berperan penting dalam perkembangan masyarakat dan kebudayaan bangsa. Sejarah desa di Indonesia sangat panjang dan mencerminkan evolusi kehidupan masyarakat dari masa ke masa. Artikel ini akan membahas sejarah desa Semin.

Sejarah desa di Indonesia dapat ditelusuri kembali hingga masa prasejarah, ketika manusia pertama kali mulai menetap di suatu tempat dan membentuk komunitas. Pada masa itu, masyarakat hidup secara nomaden, berburu, dan mengumpulkan makanan. Namun, seiring dengan ditemukannya pertanian, manusia mulai menetap dan membentuk pemukiman tetap yang kemudian berkembang menjadi desa.

Pada umumnya asal-usul Desa dapat ditelusuri hingga beberapa abad yang lalu, ketika daerah ini masih berupa hutan lebat yang dihuni oleh komunitas kecil. Nama "Semin" konon berasal dari kata "semen" yang berarti pusat atau inti, menunjukkan posisi desa ini yang strategis di antara wilayah-wilayah sekitarnya. Menurut penuturan bapak Sumardi pembentukan desa semin tidak ada yang mengetahui awal mulai pendiriannya. Bapak yang saat ini menjabat sebagai “carik” atau sekretaris desa mengungkapkan bahwa beliau memiliki catatan inventarisasi terkait kepala desa yang menjabat dari tahun 1976 hingga saat ini.

Minimnya informasi mengenai awal mulai pendirian desa ini membuat penulis tidak bisa memastikan tahun pasti adanya desa Semin. Namun berdasarkan infomasi terkait adanya lembaga sekolah rakyat yang dibangun sejak masa kolonial dapat menjadi bukti bahwa desa ini telah berdiri pada masa kolonial. Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Sumardi penulis mendapatkan informasi bahwa desa Semin menjadi satu-satunya desa yang memiliki sekolah rakyat. Oleh karena itu, siswanya bukan hanya dari desa Semin melainkan berasal dari desa-desa tetangga seperti beji dan lainnya.

Desa Semin juga kaya akan budaya dan tradisi yang masih terjaga hingga kini. Salah satu tradisi yang menonjol adalah Kesenian Reog Dewi Shinto dulunya dianggap sebagai suatu ritual untuk memanggil hujan. Namun seiring perkembangan zaman kesenian ini sekarang dijadikan sebagai salah satu seni pertunjukan yang banyak dinantikan oleh masyarakat.

Selain itu tradisi lisan yang masih berkembang ialah cerita mengenai asal usul penamaan watu lumbung. Nama "Watu Lumbung" berasal dari bahasa Jawa, di mana "watu" berarti batu dan "lumbung" berarti tempat penyimpanan. Konon, batu besar di tempat ini digunakan oleh masyarakat pada masa lalu sebagai tempat penyimpanan hasil panen seperti padi. Selain fungsinya yang unik, Watu Lumbung juga diyakini memiliki makna spiritual bagi masyarakat sekitar. Konon katanya Watu lumbung dapat memberikan pertanda kepada masyarakat mengenai kejadian yang akan terjadi kedepannya kepada warga. Selain itu, Watu Lumbung juga dikaitkan dengan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun. Masyarakat setempat percaya bahwa tempat ini memiliki kekuatan mistis dan sering dijadikan lokasi untuk ritual-ritual tradisional, terutama yang berkaitan dengan pertanian dan kesejahteraan.

Tempat bersejarah lainnya yang terletak di desa Semin adalah Pok Bale. Pok Bale adalah sebuah tempat sederhana yang terletak di Desa Semin, yang pada masa perang kemerdekaan digunakan sebagai tempat persinggahan oleh Jenderal Sudirman. Nama "Pok Bale" sendiri merujuk pada sebuah pondok atau gubuk kecil yang digunakan untuk beristirahat. Pada masa itu, Jenderal Sudirman dan pasukannya melakukan gerilya di berbagai daerah, termasuk di wilayah Wonogiri, untuk menghindari serangan dari tentara Belanda yang terus memburu para pejuang kemerdekaan. Dalam kondisi kesehatan yang sangat lemah, Jenderal Sudirman tetap memimpin pergerakan gerilya, menunjukkan semangat perjuangan yang pantang menyerah. Di Pok Bale, beliau beristirahat sejenak, merencanakan strategi, dan melanjutkan perjalanan panjang dalam perjuangannya. Tempat ini menjadi saksi bagaimana Jenderal Sudirman, meskipun sakit, tetap teguh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Di bidang sosial ekonomi masyarakat Semin banyak bergerak di bidang agraris. Lahan pertanian yang masih luas menjadi salah satu sumber mata pencaharian warga setempat. Adapun komoditi utama yang dihasilkan masyarakat diantaranya ialah padi, singkong, jagung, dan lain-lain. Sementara itu di bidang sosial paguyuban warga desa Semin masih sangat kental. Kegiatan kemasyarakatan mereka masih sangat aktif contohnya tahlil keliling, kegiatan karang taruna, gotong royong dan lainnya.

 

Rizha Angraini (KKN TIM II Universitas Diponegoro 2023/2024)